Wednesday 8 December 2010
Outbond
Outbound training, merupakan pola pendidikan Outdoor yang menjadi media
yang kondusif bagi peserta untuk dapat menemukan karakter yang kuat.
Pelatihan yang bersifat edutaiment bagaimana mengembangkan team building
dengan basis alam raya dengan output yang didesain khusus bagi para
peserta, bagaimana peserta pelatihan memiliki kepekaan team work,
menemukan dirinya dan memaksimalkan potensi karakter kuatnya dan
meminimalkan karakter lemahnya sehingga tampil menjadi pribadi yang
tangguh pantang mengeluh, pantang menyerah, pantang menjadi beban dan
pantang berkhianat, disiplin berani, rela berjuang dan cinta perubahan
ke arah lebih baik.
Pada perjalanan pembelajarannya kegiatan menggunakan system simulasi dan
dengan bimbingan spiritual yang disarikan dari pembelajaran manajemen
qolbu, lalu dilangsungkan dengan kegiatan alam, mulai dari simulasi -
simulasi, arung jeram dan paint ball.
Selain itu pelatihan ini didesain khusus untuk peserta yang masih
bekerja dimana mereka mampu membangun tim kerja yang baik yang memiliki
jiwa kemandirian dalam bekerja dan mampu menjalankan perusahaan dengan
baik dan selain itu juga untuk menumbuhkan karakter yang baik seperti :
Aku aman bagimu, Aku menyenangkan bagimu dan Aku bermanfaat bagimu.
Diharapkan dengan outbound training ini peserta mendapatkan wawasan baru
mengenai team work, team building, networking, dan bimbingan spiritual.
Pelatihan ini dikemas dengan beragam pemainan yang akan membangun semangat kebersamaan dalam kemandirian individu maupun tim kerja. Menumbuhkan motivasi kinerja yang efektif. Membangun kesadaran untuk merubah diri dari konsep ketergantungan menuju kemandirian
Setelah ikut serta dalam setiap kegiatan pelatihan peserta akan merasakan tumbuhnya semangat kebersamaan dalam bekerja. Peserta juga akan memiliki kemampuan membangun tim yang kuat dan juga menumbuhkan semangat spiritual yang berakhlak terpuji dalam bekerja
MATERI
1. Indahnya Hidup Dengan Kerendahan Hati
2. Team Work & Team Building
3. Lima Ka
4. Outbound / Games
a. Soft Games
b. Flying Fox
c. Paint Ball
d. Bamboo Raft
e. Arung Jeram
Wednesday 5 May 2010
Melejitkan Potensi Dimasa Pensiun
Bekerja tidak ubahnya seperti sebuah perjalanan hidup, ada permulaan dan
ada akhir. Begitupula setiap karyawan cepat atau lambat pasti akan
mengalami masa pensiun. Bagi sebagian karyawan memasuki masa pensiun
merupakan perubahan yang sangat besar dalam hidup. Permasalahan yang
sering muncul diantaranya turunnya sikap mental positif, hilangnya
jabatan dan penghasilan tetap, menurunnya penghormatan dan kepercayaan
diri, serta kesehatan yang memburuk, sehingga mengakibatkan stess.
Gejala-gejala tersebut sering disebut dengan istilah Post Power
Syndrome. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu diberikan pembekalan-pembekalan melalui pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun.
Program ini dirancang untuk memberikan pembekalan-pembekalan baik itu
mental & spiritual, Pembekalan kesehatan, penelusuran potensi diri,
serta pembekalan kewirausahaan/Bisnis. Pembekalan mental dan spiritual
dimaksudkan agar para karyawan dapat menghadapi masa pensiun dan
menjalaninya dengan lebih tenang dan sikap mental yang positif.
Pembekalan kesehatan dimaksudkan agar karyawan dapat hidup lebih bugar
dan sehat lahir dan bathin di masa pensiun. Penelusuran potensi diri
dimaksudkan untuk mengetahui dan meningkatkan potensi yang dimiliki
sehingga dapat lebih maju dan berkembang lagi. Pembekalan
kewirausahaan/bisnis dimaksudkan agar karyawan dapat mengetahui berbagai
alternatif kegiatan usaha/bisnis yang dapat dijalani pada masa pensiun,
dan termotivasi untuk memiliki usaha/bisnis menuju kemandirian.
Tujuan dari Pelatihan ini membantu peserta memahami arti masa pensiun dan permasalahannya sehingga dapat siap secara mental spiritual dalam menghadapi dan menjalani masa pensiun dengan tenang dan tidak mengalami stress dan post power syndrome. membantu peserta dapat memahami bagaimana pola hidup sehat dimasa lansia dan menjalani hidup lebih sehat & bugar. mengarahkan peserta untuk dapat mengetahui dan meningkatkan potensi diri agar dapat mengembangkan kekuatan dan kemampuan bakat yang dimilikinya. Peserta dapat memahami cara mengelola dana dan keuangan yang efektif. Peserta mempunyai pemahaman dan pengetahuan mengenai kewirausahaan dan paham bagaimana membangun serta meningkatkan kompetensi kewirausahaan yang dimiliki. Peserta dapat mengetahui berbagai alternatif sektor usaha yang mungkin bisa dikembangkan dalam mengisi masa pensiun yang produktif. Peserta dapat memahami bagaimana memulai dan mengelola usaha yang menguntungkan serta cara mengelola keuangan keluarga dan usaha yang efektif.
Manfaat dari diadakannya pelatihan ini adalah peserta akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan hidup di masa pensiun. Peserta memiliki peningkatnya pengetahuan dan pemahaman mengenai pola hidup sehat, dan hidup lebih sehat bugar lahir dan batin. Meningkatnya kemampuan dan potensi peserta dalam berwirausaha. Meningkatnya motivasi peserta dalam berwirausaha dan dapat menangkap peluang bisnis
serta dapat menjalankan kegiatan usaha menuju kemandirian dan
kesuksesan.
MATERI
I. Mental Dan Spiritual
1) Switch Mental & Konsultasi Psikologi
2) Indahnya Hidup Bening Hati
3) Membina Keluarga Harmonis dan Bahagia
4) Manajemen Qolbu
II. Kesehatan
1) Medical Check Up
2) Manajemen Hidup Sehat Masa Lansia
3) Konsultasi Kesehatan
1) Medical Check Up
2) Manajemen Hidup Sehat Masa Lansia
3) Konsultasi Kesehatan
III. Talent Management
1) Talent Treatment
2) Maximizer Potential Talent
1) Talent Treatment
2) Maximizer Potential Talent
IV. Entrepreneurship / Bisnis
1) Membangun Jiwa Entrepreneurship
2) Cashflow Quadrant Games
3) Kecerdasan Finansial
4) Bebas Finansial
5) Memulai Bisnis dan Analisa Kelayakan Usaha
6) Strategi Marketing
7) Pengelolaan Keuangan Keluarga dan Bisnis
8) Sukses Story : Kisah dan Kiat Sukses Berwirausaha
1) Membangun Jiwa Entrepreneurship
2) Cashflow Quadrant Games
3) Kecerdasan Finansial
4) Bebas Finansial
5) Memulai Bisnis dan Analisa Kelayakan Usaha
6) Strategi Marketing
7) Pengelolaan Keuangan Keluarga dan Bisnis
8) Sukses Story : Kisah dan Kiat Sukses Berwirausaha
V. Field Trip / Kunjungan Lapangan
1) Kunjungan Lapangan ke Sentra Usaha Agrobisnis Terpadu
2) Kunjungan Lapangan ke Industri Kecil Menengah Tepat Guna
3) Kunjungan Lapangan ke Sentra Usaha Kecil Menengah (UKM)
1) Kunjungan Lapangan ke Sentra Usaha Agrobisnis Terpadu
2) Kunjungan Lapangan ke Industri Kecil Menengah Tepat Guna
3) Kunjungan Lapangan ke Sentra Usaha Kecil Menengah (UKM)
Saturday 17 April 2010
*Oleh Muhammad Fajrin Mustafa
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan anak bangsa
yang dilakukan melakui proses pembelajaran yang dilengkapi komponen-komponen
pendukung tercapainya tujuan pendidikan. Alat yang digunakan dalam mencapai
tujuan pendidikan adalah dengan kurikulum.
Istilah kurikulum diartikan beragam oleh para ahli, dalam S.
Nasution (2008:5) Kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya. Berdasarkan pengertian itu dapat kita ketahui bahwa
kurikulum melibatkan sekolah sebagai lembaga, pengawas sekolah, pengajar,
pesertadidik, dan peristiwa-peristiwa dalam pendidikan.
Makalah ini mencoba untuk
memaparkan macam-macam model dan konsep kurikulum dengan permasalahan
yang diangkat berkaitan dengan Kurikulum Subjek Akademis (KSA), Kurikulum
Berbasis Siswa (KBS), Kurikulum Berbasis Masalah Sosial (KBMS), Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Kurikulum Berbasis Ilmu (KBI), dan Kurikulum 1994.
Penyususna makalah merupakan respon terhadap perubahan
kurikulum yang terjadi di Indonesia. Perubahan yang terjadi ini diindikasikan
sebagai upaya untuk mencari model dan konsep kurikulum yang cocok dengan iklim
pendidikan di Indonesia sehingga penulis rasa perlu untuk mengetahui landasar
dari terbentuknya konsep kurikulum tersebut, dan aplikasinya.
BAB II
PERMASALAHAN
Beragamnya penafsiran kurikulum yang diutarakan oleh para
ahli diindikasikan sebagai gambaran luasnya cakupan dari kurikulum, konsep
kurikulum yang dikembangkan berdasarkan teori-teori pendidikan berdasarkan
asumsi-asumsi yang dikembangkan pada masing-masing teori pendidikan, dalam Nana
Syaodih (2009:7) dijelaskan empat teori pendidikan.
Dengan beragamnya penafsiran tentang kurkulum dan beragamnya
teori pendidikan yang berkembang penulis
akan membatasi permasalahan dalam makalah sebagai upaya untuk menyamakan konsep
antara pembaca dan penulis. Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
adalahan sebagai berikut
Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Subjek Akademis, aliran
filsafat apa yang mendasari konsep dari KSA, dan mengapa disebut Kurikulum
Berbasis Isi (KBI)?
Apa yang dimaksud
dengan Kurikulum Humanistik, aliran filsafat apa yang mendasari konsep dari
Kurikulum Humanistik, dan mengapa disebut Kurikulum Berbasis Siswa (KBS)?
Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Rekonstrukti Sosial,
aliran filsafat apa yang mendasari konsep dari Kurikulum Rekonstrukti Sosial,
dan mengapa disebut Kurikulum Berbasis Masalah Sosial (KBMS) ?
Apa yang dimaksud
dengan Kurikulum Teknologis, aliran filsafat apa yang mendasari konsep dari
konsep Kurikulum Teknologis, dan mengapa disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)?
Model kurikulum yang
mana yang mendasari aplikasi KBK dan KTSP yang dikembangkan di Indonesia?
Apakah benar
kurikulum 1994 berbsis materi?
Benarkah pada pendidikan vokasional dan pendidikan
profesional lebih besar proporsi KBKnya? Sedangkan pada pendidikan akdemik
lebih besar proporsi KBI nya?
BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsep
Kurikulum Subjek Akademis
Bagian ini membahas kurikulum subjek akademis yang akan
menjawab pertanyaan nomor dua yaitu Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Subjek
Akademis, aliran filsafat apa yang mendasari konsep dari KSA, dan mengapa
disebut Kurikulum Berbasis Isi (KBI)?
Kurikulum Subjek Akademis merupakan kurikulum yang
mengutamakan isi pendidikan yang diambil dari setiap disiplin ilmu yang telah
dikembangkan secara sistematis, logis dan solid. Menurut Nana Syaodih (2009: 82-83) kurikulum
subjek akademis sangat mengutamakan
pengetahuan sehingga pendidikan lebih menekankan perkembangan intelektual dalam
bentuk membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan
memberikan serangkaian kerja yang memungkinkan peserta didik mampu menganalisis
kehidupan sosial. Nana Syaodih (2009: 83-84) Membagai tahapan perkembangan
kurikulum subjek akademis kedalam tiga
pendekatan. Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur
pengetahuan-bagaimana belajar memperoleh dan menguji fakta-fakta dan tidak
sekedar mengingat. Pendekatan kedua, studi yang bersifat integrative-mereka
mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi. Ciri-cirinya (a)
Unifying theme (penyatuan tema), (b) Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa
disiplin ilmu, (c) Menyatukan berbagai metode belajar. Pendekatan ketiga,
pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Pembahasan berkaitan dengan landasan filsafat dari konsep
kurikulum subjek akademis, Nana Syaodih (2009:81) menjelaskan bahwa kurikulum
subjek akademis merupakan model kurikulum yang dikembangkan dari teori
pendidikan klasik aliran perenialisme dan esensialisme. Perenialisme
berorientesi kemasa lalu dan kurang memperhatikan tuntutan perkembangan yang
terjadi, perenialisme lebih memprioritaskan penekanan terhadap humanitas,
pembentukan pribadi, sifat-sifat mental. Isi pendidikan dalam aliran ini
bersifat pendidikan umum dengan konsep pendidikan bebas nilai dan bebas dari
kebudayaan. (Nana Syaodih, 2009:9)
Aliran dalam pendidikan klasik lainnya adalah aliran
esensialisme yang lebih mengutaman sains daripada humanitas, aliran ini
bertujuan dalam mempersiapkan generasi muda dalam dunia kerja dengan
pembentukan keterampilan dan kemampuan vocational. Konsep pendidikan dalam
aliran ini menekankan kepada saat ini dan yang akan datang. (Nana Syaodih,
2009:9)
Kurikulum subjek akdemis disebut juga kurikulum berbasis isi
karena sesuai dengan namanya, kurikulum model ini sangat mengutamakan isi
(subject matter). Sub Direktorat Kurikulum dan Program Studi (KPS)
(2008:15) merincikan kurikulum berbasis
isi dengan penekanan terhadap peningkatan keterampilan yang dimiliki pesertadidik
dengan proses pembelajaran dalam bentuk transfer knowledge dan ini merupakan
gambaran dari kurikulum subjek akademis yang dijelaskan oleh Nana Syaodih.
(2008: 82, 83, 84)
Isi kurikulum
merupakan kumpulan dari bahan ajar atau rencana pembelajaran. Tingkat
pencapaian atau penguasan peserta didik terhadap materi merupakan ukuran utama
dalam menilai keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, penguasaan materi
sebanyak-banyaknya merupakan salah satu hal yang diprioritaskan dalam kegiatan
belajar mengajar oleh guru yang menggunakan kurikulum subjek akdemis.
B. Kurikulum
Humanistik
Bagian ini membahas tentang kurikulum humanistic yang akan
mejawab pertanyaan kedua yaitu, akan mejawab pertanyaan kedua yaitu Apa yang
dimaksud dengan Kurikulum Humanistik, aliran filsafat apa yang mendasari konsep
dari Kurikulum Humanistik, dan mengapa disebut Kurikulum Berbasis Siswa (KBS)?
Deskripsi berkitan dengan kurikulum humanistik dijelaskan
oleh Nana Syaodih. (2008: 90) dengan fungsi sebagai penyedia pengalaman
berharga untuk membantu dan melancarkan proses perkembangan pribadi pesetadidik
yang bertujuan untuk membantu perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan
pada pertumbuhan , integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat
terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Kurikulum humanistik menekankan
integritas dalam kesatuan prilaku tidak hanya intelektual tetapi juga emosional
dan tindakan. Kurikulum ini menutut hubungan emosional yang baik antara
pendidik dan peserta didik.
Aliran filsafat yang mendasari konsep kurikulum ini adalah
aliran pendidikan pribadi John Dewey dan J. J. Rousseau, asumsi yang digunakan
dalam aliran ini memiliki anggapan bahwa pesrtadidik adalah yang pertama dan
utama dalam pendidikan dengan peran
sebagai subjek dari kegiatan pendidikan yang meyakini bahwa pesertadidik
memiliki potensi, peunya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. (Nana
Syaodih, 2008: 90) Aliran ini menempatkan pendidik dalam posisi kedua.
Pendidikan tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi sebagai orang yang
mengerti segala kebutuhan dan permasalahan pesertadidik. (Nana Syaodih, 2008:
90)
Kurikulum humanistic disebut kurikulum berbasis siswa (KBS)
karena KBS menekankan pembelajaran yang mengoptimalisasikan keterlibatan
potensi intelektual, emosianal, dan fisik dari pesertadidik. Proses
pembelajaran dalam kurikulum ini menempatkan peserta didik sebgai pemeran utama
dalam pembelajaran sedangkan pendidik sebagai fasilitator, motivator, dan peran
lainnya yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
C. Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
Bagian ini membahasa Kurikulum Rekonstruksi Sosial dan akan
menjawab pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan Kurikulum Rekonstrukti
Sosial, aliran filsafat apa yang mendasari konsep dari Kurikulum Rekonstrukti
Sosial, dan mengapa disebut Kurikulum Berbasis Masalah Sosial (KBMS)?
Kurikulum Rekonstruksi Sosial merupakan konsep
kurikulum yang menekankan perhatian
kepada permasalahan yang ada di masyarakat. Kurikulum ini menginginkan peserta
didik memiliki pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya sehingga
dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial dengan tujuan
terciptnya masyarakat baru yang stabil. (Nana Syaodih, 2008: 91)
Kurikulum ini didasari aliran filsafat Pendidikan
interaksional yang menekankan interaksi dua pihak dengan dua arah antar
pesertadidik dan pendidik, interaksi ini juga terjadi antara pesertadidik
dengan materi ajar yang dikaitkan dengan kondisi lingkungan masyarakat dalam
konteks kehidupan sehari-hari. (Nana Syaodih, 2008: 91)
Kurikulum Rekonstrukti Sosial disebut juga Kurikulum
Berbasis Masalah Sosial karena kurikulum ini mengahadapkan pesertadidik pada
tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi
manusia. Kegiatan belajar dalam konsep kurikulum ini dipusatkan pada masalah-masalah
sosial yang mendesak. Kegiatan belajar mengajar dalam konsep kurikulum ini akan
menyajikan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok,
latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kegiatan
kelompok ini merupakan aktifitas yang akan melahirkan konsep baru dalam solusi
dari permasalahan sosial.
D. Kurikulum
Teknologis
Bagian ini membahasa kurikulum teknologis dan akan menjawab
pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan Kurikulum Teknologis, aliran
filsafat apa yang mendasari konsep dari konsep Kurikulum Teknologis, dan
mengapa disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)?
Kurikulum teknologis menekankan penggunaan alat-alat
teknologi dalam bidang pendidikan, penerapan teknologi tersebut terealisis
dalam bentuk perangkat lunak berupa teknologi sistem dan dalam bentuk perangkat
keras berupa teknologi alat. (Nana Syaodih, 2008: 96)
Kurikulum teknologi didasarkan pada aliran filsafat
teknologi pendidikan yang memiliki persamaan dengan pendidikan klasik berkaitan
dengan peranan pendidikan dalam menyampaikna informasi. Berbeda dengan
pendidikan klasik, teknologi pendidikan mengutamakan pembentukan dan penguasaan
kompetensi pelestarian budaya lama dengan orientasi waktu sekarang dan masa
depan. (Nana Syaodih, 2008: 11)
Kurikulum Teknologis
disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), karena kurikulum ini
para pesertadidik dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan
IPTEK tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar
siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai
fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk
semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek dan
setiap kegiatan siswa ada nilainya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi)
Konsep KBK ini yang menggunakan metode yang bersifat individual, kemudian pada saat
tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Pelaksanaan
pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut; Penegasan tujuan kepada
siswa, pelaksanaan pengajaran, pengetahuan tentang hasil, organisasi bahan ajar,
dan evaluasi. (Nana Syaodih, 2008: 97)
E. Aplikasi KBK
dan KTSP
Bagian ini membahas aplikasi kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang akan menjawab
pertanyaan tentang model kurikulum yang mana yang mendasari aplikasi KBK dan
KTSP yang dikembangkan di Indonesia?
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), karena kurikulum ini
para pesertadidik dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan
IPTEK tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar
siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai
fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk
semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek dan
setiap kegiatan siswa ada nilainya.(http://id.wikipedia.org/wiki/
Kurikulum_Berbasis_ Kompetensi)
Konsep KBK ini yang menggunakan metode yang bersifat individual, kemudian pada saat
tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Pelaksanaan
pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut; Penegasan tujuan kepada
siswa, pelaksanaan pengajaran, pengetahuan tentang hasil, organisasi bahan
ajar, dan evaluasi. (Nana Syaodih, 2008: 97) Jadi model kurikulum yang
mendasari KBK adalah kurikulum teknologis.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan
kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, yang merupakan
penyempurnaan dari KBK. KTSP didasari oleh KSA, Kurikulum Humanistik, Kurikulum
Rekontruksi Sosial, dan Kurikulum Teknologi. Gambaran dari konsep KSA dalam
KTSP dapat dianalisa berdsarkan struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata
pelajaran yang harus dikuasai oleh pesertadidik dan kriteria dalam keberhasilan
KTSP lebih banyak diukur dari penguasaan pesertadidik terhadap materi pelajaran.
Kurikulum humanistik pada KTSP dapat dianalisa berdasarkan
orientasi KTSP terhadap pengembangan pesertadidik dengan menekankan pada
aktivitas pesertadidik untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran
melalui berbagai pendekatan strategi pembelajaran selain itu KTSP juga menekankan aspek pengembangan minat dan
bakat pesertadidik.
Kurikulum Rekontrusksi Sosial tergambar melalui kurikulum
KTSP yang mengaksess kepentingan daerah berupa potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan pesertadidik serta lingkungan sekitarnya, hal ini
juga tercermin dalam program muatan lokal yang didasarkan pada kondisi daerah
masing-masing.
KTSP merupakan kurikulum teknologis yang dilihat dari adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator dengan
sejumlah prilaku yang terukur untuk penelitian. (Wina Sanjaya,
2008;130-131)
F. Kurikulum
1994
Bagian ini membahas kurikulum 1994 yang akan menjawab
pertanyaan tentang apakah kurikulum 1994 berbasis materi? Kurikulum 1994 dibuat
sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Wawan
Junaidi, 2009 dalam
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/11/kurikulum-1994.html)
Berdasarkan landasan
filosofis, tujuan, materi, proses pembelajaran, dan evaluasi dalam kurikulum
1994 tergambar bahwa kurikulum ini berbasis materi, hal ini berdasarkan
analisis di globotech88.wordpress.com. (diakses 24 Maret 2012)
Berdasarkan landasan filosofis, kurikulum 1994 sesuai dengan
aliran filsafat perenialisme, karena pada kurikulum 1994 lebih fokus kepada
aspek kognitif dan mengabaikan aspek-aspek lainnya. Jika dianalisis berdasarkan
tujuan dalam kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
Kegiatan belajar cenderung di dalam kelas, mengejar target berupa materi yang
harus dikuasai, berorientasi kognitif. Bahan ajar yang akan disampaikan oleh
guru harus berdasarkan pada TIU dan TIK (tujuan pembelajaran). Selain itu,
kurikulum 1994 bertujuan untuk membekali siswa untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Analisis yang sama juga diperoleh berdasarkan materi dalam
kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia dalam artian materi pembelajaran
ditentukan oleh pemerintah. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru
hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial supaya tercapai target. Dalam
proses pembelajaran pada kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif). Kegiatan belajar cenderung didalam kelas. Proses pembelajaran bersifat
klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajaran. fokuskan pada aspek
kognitif, pemahaman siswa tentang materi. Penyusunan bahan penilaian didasarkan
pada tujuan perkelas dan persemester. Pada kurikulum ini, keberhasilan siswa
diukur dan dilaporkan berdasarkan perolehan nilai yang dapat diperbandingkan
dengan sisa lain. Evaluasi pelajaran dilaksanakan dengan teknik paper dan pecil
test
G. Proporsi
KBI dan KBK Pada Pendidikan Vokasional, Profesional, dan Akademik
Bagian ini akan menjawab pertanyaan tentang benarkah pada pendidikan vokasional dan pendidikan
profesional lebih besar proporsi KBKnya? Sedangkan pada pendidikan akdemik
lebih besar proporsi KBI nya?
Pendidikan vokasional merupakan penggabungan antara teori
dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja
lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan
vokasional, terkonsentrasi pada sistem
pembelajaran keahlian (apprenticeship of
learning) pada
kejuruan-kejuruan khusus (specific
trades). Kelebihan pendidikan
vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung
dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau
bidang tugas yang akan dihadapinya. (Ratna Nurseha . , dalam
www.sukabumikota.go.id diakses 24 March 2012) berdasarkan karakterisitk menurut
Ratna Nurseha, penulis menyimpulkan bahwa jumlah porsi untuk KBK pada
pendidikan Vokasional haruslah lebih besar dari KBI dengan harapan dimilikinya
kompetensi yang sesuai dengan dunia kerja
Pendidikan profesi
adalah pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Lulusan pendidikan profesi akan mendapatkan gelar profesi.( dalam Wikipedia
diakses 24 March 2012) dalam pendidikan profesi juga diperlukan pemahaman
terhadap teori dan aplikasi dari teori tersebut jadi akan menjadi sebuah
kewajaran jika porsi KBK akan lebih besar dari KBI dalam pendidikan
professional.
Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan
terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni tertentu, yang mencakup program pendidikan sarjana, magister, dan
doktor.( dalam Wikipedia diakses 24 March 2012) Tujuan utama dari pendidikan akademik
adalah pengusaan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang menuntut aktifitas
khusus untuk penguasaan materi keilmuan jadi memerlukan porsi KBI yang besar
untuk menunjang program pendidikan.
BAB IV
KESIMPULAN
Kurikulum yang digunakan dalam lingkungan pendidikan dapat
berupa realisasi dari masing-masing model kurikulum hal dapat disesuaikan
berdasarkan kebijakan yang diputuskan pemerintah dalam usaha meningkatkan
kualitas pendidikan.
Kebijakan kurikulum yang ada dapat berdasarkan kepada satu
model kurikulum atau berdasarkan gabungan dari setiap model kurikulum yang
tercermin dari landasan filosofis, tujuan, materi, kegiatan belajar, mengajar
dan smapai kepada evaluasi.
Porsi dari setiapkurikulum yang digunakan pada setiap
jenjang pendidikan tidak sama, porsi penggunaan kurikulum harus disesuaikan
dengan karakterisitik dari setiap jenjan pendidikan, baik itu pendidikan
didasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi dan penyesuaian juga
harus dilakukan terhadap karakter perkembangan pesertadidik.
Pendidikan tinggi juga memiliki porsi yang berbeda terhadap
penggunaan setiap kurikulum yang didasarkan pada output pendidikan yang
diharapkan dan in terjadi pada pendidikan vokasional, pendidikan profesi, dan
pendidikan akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodih. (2009). Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktik. Rosdakarya. Bandung
Nasution. (2008). Kurikulum dan pengajaran. Bumi aksara.
Jakarta
Sub Direktorat KPS.(2008). Buku Panduan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah alternatif penyusunan
kurikulum). Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta
Wina Sanjaya. (2008) Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana.
Jakarta
Wawan Junaidi. (2009). Kurikulum 1994 dalam
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/11/kurikulum-1994.html) diakses 24 Maret
2010
----------------(2010). Perbedaan Kurikulum 1994 dan KTSP
http://globotech88.wordpress.com/2010/03/18/perbedaan-kurikulum-1994-dan-ktsp/
diakses 24 Maret 2010
Ratna Nurseha . (……….).Pendidikan Vokasional Memacu Kreatifitas.
www.sukabumikota.go.id/artikel/pendidikan_vokasional.pdf diakses 24 March 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_profesi diakses 24
March 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_akademik diakses 24
March 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)