Thursday 5 April 2012


Kiat Sukses Dengan Man Jadda Wa Jadda
*Oleh Muhammad Fajrin Mustafa
 
Man jadda wa jada merupakan kalimat yang populer beberapa waktu ini, sebenarnya kalimat ini sudah dikenal oleh beberapa kalangan sebelum adanya novel yang berjudul “negeri 5 menara” yang sekarang difilmkan  sehingga sepenggal kalimat ini menjadi kalimat sakti yang mampu membangkitkan semangat bagi  siapa yang mendengar dan melafalkannya.
Man jadda wa jada merupakan sebuah ungkapan yang memiliki makna yang kuat dan mampu memberikan semangat dalam kehidupan kita. “Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil”, begitulah arti ungkapan Arab ini. Man jadda wa jada ini bukan hadits, tetapi sangatlah sesuai dan selaras dengan sunnatullah. Sebuah ketetapan yang mengisyaratkan manusia bahwa Alloh Ta’ala tidak akan merubah nasib suatu kaum selama kaum tersebut tidak berusaha merubahnya sendiri dan ini diabadikan Alloh Ta’ala dalam QS Ar-ra'd ayat 11 yang artinya “baginya (setiap manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara bergiliran di depan dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya. Sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Man jadda wa jada merupakan bentuk dari kalimat positif yang seharunya melahirkan kegiatan dan hasil yang positif, tetapi sangatlah disayangkan jika man jadda wa jada digunakan untuk kegiatan yang negatif, jika seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu menggunakan man jadda wa jada sebagai pembakar semangatnya untuk segera menyelesaikan studi lalu berbagai cara digunakannya untuk mendapatkan hasil terbaik, tidak perduli cara yang digunakan benar ataupun salah yang terpenting baginya adalah selesai studi dengan waktu tercepat dan nilai terbaik.
Begitu juga dengan pencopet di bus kota yang menggunakan man jadda wa jada ketika hendak mencopet, karena semangat yang terkumpul sudah besar didalam dadanya sang pencopet ini tidak perduli dengan keadaan bus yang ramai dan sesak oleh penumpang, rasa takut dihakimi masa bukan lagi halangan untuknya yang terpenting siapa yang besungguh-sungguh, dia akan mendapatkannya. Untuk menjaga agar man jadda waja  berada pada ruh yang sebenarnya sebagai etos kerja seorang muslim maka  ada enam prinsip etos kerja man jadda wa jada yang harus diperhatikan yaitu; Man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk melakukan sesuatu karena Alloh, man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk disiplin terhadap setiap usaha, man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk tidak putus asa,  man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk menjadikan doa sebagi senjata, man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk yakin bahwa takdir baik dan buruk itu ketetapan Alloh, man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk yakin bahwa Alloh akan menghargai proses kita dalam berusaha dengan merubah takdir kita yang buruk menjadi takdir yang baik.
Prinsip pertama yang harus diperhatikan agar man jadda wa jada tidak diselewengkan adalah, Man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk melakukan sesuatu karena Alloh. Diawalinya segala sesuata amalan dengan membaca basmalah akan membuat keberkahan dari Alloh Ta’ala dan Alloh Ta’ala akan selalu menyertai kita disetiap proses kegiatan yang kita lakukan selain itu basmalah juga menunjukkan bahwa kita melakukan suatu kegiatan karena ingin Alloh Ta’ala meridhoi apa yang ingin kita dapatkan, Rosulullah Shollallahu’alaihiwasallam juga menjelaskan bahwa sesunguhnya setiap amal tergantung niat, jika seorang manusia melakukan segala sesuatu karena Alloh maka dia mendapatkan ridho Alloh ta’ala, dalam keseharian kita yang tepenting adalah ridho Alloh Ta’ala yang akan membuat kita mendapatkan segala yang kita inginkan atas dasar kehendak dari Alloh Ta’ala.
Prinsip kedua yang harus diperhatikan dalam aplikasi man jadda wa jada adalah man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk disiplin terhadap setiap usaha. Secara bahasa disiplin adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam konteks bahasa arab istilah yang memiliki makna yang sama dengan disiplin adalah istiqomah. Rosulullah Shollallahu’alaihiwasallam pernah mengatakan tentang sitqomah kepada Sufyan bin Abdullah Atsaqafi r.a. Sufyan bin Abdullah Atsaqafi r.a. berkata, Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selain padamu. Rasulullah menjawab, “Katakanlah, saya beriman kemudian istiqamahlah.” (Dari Abu Amr HR. Muslim)
Prinsip ketiga adalah Man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk tidak putus asa. Segala sesuatu yang akan kita hadapi pasti mampu untuk dihadapi dan dijalani selama kita mau untuk mencoba karena Alloh Ta’ala tidak akan membebani seorang hamba diluar kesanggupannya. Alloh Ta’ala tahu batas kemampuan kita sehingga setiap yang diperuntukkan, perjalanan hidup pasti mampu kita lewati, sebagai bukti adalah ketika kita balita kita semua tidak pernah putus asa untuk tetap mecoba untuk bisa berdiri dan berjalan walaupun jatuh bangun tetapi kita tidak putus asa, alangkah dramatisnya jika kita putus asa,  kita tidak akan seperti sekarang ini, jika semua balita putus asa untuk belajar berdiri dan berjalan maka kursi roda akan diproduksi sesuai dengan jumlah angka kelahiran.
Prinsip Keempat adalah man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk menjadikan doa sebagai senjata. Dalam Al-Quran surat Gafir:60 Alloh Ta’ala memerintahkan kita untuk berdoa “ Dan Tuhamnu berfirman: “ berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu”  Ayat ini berisi janji Alloh ta’ala bagi orang yang senantiasa berdoa kepada Alloh ta’ala. Dengan doa, apapun yang kita inginkan akan kita dapatkan dengan ijin Alloh ta’ala. Dalam sebuah hadist yang diriwiyatkan Tirmizi, dihasankan oleh Al-Albani, Rosulullah Shollallahu’alaihiwasallam bersabda “ Barang siapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu doa, pasti dibukakan pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah Ta’ala diminta sesuatu yang Dia berikan lebih Dia senangi dari pada diminta kekuatan, sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang terjadi maupun belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa.”
 Prinsip kelima adalah man jadda wa jada mengisyaratkan kita untuk yakin bahwa takdir baik dan buruk itu ketetapan Alloh Ta’ala. Takdir merupakan perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh Alloh Ta’ala berkaitan dengan perkara makhluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu dan ditentukan oleh hikmah-Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi dalam kehidupan seorang hamba
Prinsip keenam dalam man jadda wa jada adalah mengisyaratkan kita untuk yakin bahwa Alloh Ta’ala akan menghargai proses kita dalam berusaha dengan merubah takdir kita yang buruk menjadi takdir yang baik. Alloh Ta’ala berfirman dalam QS Ar-ra'd ayat 11 yang artinya “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.” Pelajaran yang bisa kita dapatkan dari ayat ini, bahwa Alloh Ta’ala membiarkan manusia itu berusaha untuk memperbaiki keadaanya, Alloh Ta’ala akan melihat proses demi proses yang dilewati hambanya dan setiap prilaku dalam proses tersebut akan dinilai Alloh Ta’ala dalam bentuk yang Dia inginkan, apakah itu dalam bentuk dikabulkannya apa yang diminta hamba-Nya, perhargaan terhadap hamba berupa pahala, bahkan karena proses yang dilakukannya, seorang hamba dijanjikan surga oleh Alloh Ta’ala, seperti cerita dalam sebuah hadist tentang pembunuh 99 nyawa yang masuk syurga. “Pada zaman sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. Kemudian dia bertanya, siapa penduduk negeri ini yang paling berilmu, maka ditunjukkanlah kepada seorang rahib (pendeta), sehingga orang tadi pun mendatanginya dan menceritakan bahwa dirinya telah membunuh 99 orang, apakah ada pintu taubat baginya? Ternyata si rahib tadi menjawab, “Tidak.” Maka rahib itu pun dibunuh juga sehingga genaplah 100 orang yang telah dia bunuh. Kemudian dia bertanya lagi, siapa penduduk negeri ini yang paling berilmu, maka ditunjukkanlah padanya seorang alim. Setelah bertemu dengan alim tersebut, laki-laki tadi menceritakan bahwa dirinya telah membunuh 100 orang, apakah ada pintu taubat baginya? Orang alim itu menjawab, “Ya, siapa yang bisa menghalangi antara seseorang dengan taubat? Pergilah engkau ke negeri itu, karena di sana terdapat orang-orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadahlah engkau kepada Alloh bersama mereka, dan janganlah sekali-kali engkau kembali ke negerimu karena negerimu itu adalah negeri yang buruk.” Kemudian laki-laki itu berangkat menuju negeri yang dimaksud, namun di tengah perjalanan, ajal menjemputnya. Maka malaikat rahmat dan malaikat adzab berselisih (siapa yang berhak membawa ruh orang tersebut). Malaikat rahmat berkata, “Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dan menghadapkan hatinya kepada Alloh Ta’ala.” Malaikat adzab berkata, “Dia belum beramal kebaikan sedikit pun.” Kemudian datanglah malaikat yang menjelma menjadi manusia, maka mereka menjadikan malaikat tadi sebagai penengah untuk memutuskan permasalahan yang mereka perselisihkan. Malaikat itu berkata, “Ukurlah jarak antara tempat meninggalnya dengan negeri asalnya, dan jarak antara tempat meninggalnya dengan negeri tujuannya, mana yang lebih dekat maka itulah bagiannya.” Mereka mengukurnya, ternyata mereka dapati bahwa tempat meninggalnya itu lebih dekat ke negeri tujuannya -dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa selisihnya hanya satu jengkal saja, maka Alloh pun mengampuninya-, sehingga malaikat rahmat lah yang membawa ruh orang tersebut.” (HR. Bukhari Muslim).
Sungguh keberuntungan yang besar jika Alloh Ta’ala meridhoi kita mendapatkan apa yang kita inginkan, dengan perolehan yang kita tentunya akan menyenangkan hati, tetapi alangkah lebih baik jika Alloh Ta’ala meridhoi apa yang kita inginkan didunia dan meridhoi apa yang kita inginkan di akhiran yaitu ampunan dan surganya Alloh Ta’ala. Dengan enam prinsip dasar dari man jadda wa jada ini diharapkan sebuah usaha yang selalu menyertakan Alloh Ta’ala didalamnya.

Categories:

0 comments: