Wednesday 28 November 2012


Oleh Wanty Ekajayanti
Pontianak, 18 Agustus 2011

Sore itu hari ke 17 dibulan Ramadhan yang bertepatan dengan hari kemerdekaan bangsaku Republik Indonesia yang ke 66 tahun, yaitu tepat 17 Agustus 2011.

sehari sebelumnya, dari pulau seberang, dia (pria terbaik) telah mengamanahkan sesuatu untuk disampaikan kepada  kedua orang tuanya lewat alamat pos ku. dan kuputuskan untuk mengantarkan amanah tersebut pada hari kemerdekaan, bukan karena apa2, tapi karena kebetulan hari libur.

Menjelang buka puasa aku baru tiba dirumah bapak dan emak, masih tetap ada rasa canggung dan malu2 dalam diri ini. tapi semua aku tepis. singkatnya setelah menyampaikan pesan dari nya utk kedua orang tuanya, aq memutuskan untuk menginap. meski dia sedang tidak di rumah alias di pulau seberang.

Berbuka bersama, sholat berjamaah, lalu berbincang panjang lebar menjadi aktifitas aku, emak dan bapak nya malam itu. semakin banyak hal yang belum ia ceritakan padaku, aku ketahui dari cerita kedua orng tuanya. tawa dan senyum menjadi bumbu indah dalam percakapan kami bertiga. akupun semakin merasa nyaman berada ditengah-tengah beliau berdua.

pukul 20.30 malam itu handphone milik emak berbunyi. sebuah panggilan. terlihat nama M. Fajrin di layar handphone. oh, ternyata si bungsu tengah menghubungi sang ibu. kutinggalkan bapak dan emak yg berbincang dengan nya melalui telpon. aku pun memutuskan untuk sholat (karena asyik bercengkerama kami sampai lupa bahwa waktu sholat isya telah terlewat).

selesai sholat, giliran aku yang menerima telpon dari si bungsu lewat handphone yg sama. hm, masih sama seperti perasaan saat pertama kali menerima telponnya dulu. masih berdebar debar rasanya. dan itu sempat membuatku bingung. apakah ini karena rasa itu atau memang aku memiliki gejala jantungan. ah, tapi kenapa jantungannya hanya kambuh saat menerima telpon darinya? tentu saja ini bukan sakit jantung (pikirku). 

kupilih sofa di sudut ruang tamu sebagai tempat ku merebahkan badan sambil berbincang2 dengan nya. meski aku tahu di balik dinding ini, semua pembicaraan ku dengannya semua terdengar jelas oleh bapak dan emak. tapi aku tak perduli. mereka pasti sangat mengerti (namanya juga anak muda. hehehe). saat masih asyik dalam pembicaraan, mataku tertuju pada 3 buah baterai hp yang tersusun di pojok dinding. tapi aku tak memperdulikannya. bukan hal aneh (itu pikirku).

tanpa terasa malam sudah larut saat kami menyadari pembicaraan kami yg begitu panjang. dan kamipun memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan itu. saat menuju ke kamar, kulihat emak masih ada di ruang TV.
“emak belom tidur?” tanyaku. “belom, ayoklah tidur sama2”, jawab emak. waaaaah, aku baru sadar ternyata emak menungguku selama 2 jam. “waaah, kenapa ditunggu mak?”, tanyaku rikuh. “ndak apa2”, jawab emak singkat yg kemudian diikuti dengan senyum khas nya yang mengembang. waaah, tanda sayang beliau padaku kah ini?? hanya beliau yg tahu.

setelah di tempat tidur, aku teringat pada baterai yg kulihat tadi. karena penasaran, langsung saja ku coba Tanya pada emak (itung2 cari bahan pembicaraan juga sebelum tidur. dari pada diem-dieman.hehehe). “Mak, dipojok tu ada batre hp 3 buah. punya siapa mak? kok ga dipakai?” Tanya ku. Emak senyum lalu menjawab “oooh, itu lah batre hp yg dipake Rin kalo telponan sama Wanty, waktu Wanty masih di Semarang,,,, jadi kalo telponan lama, ndak perlu ngecas2 lagi, ganti batre nye jak. biasa tiap hari dia ngcas semua batre tu…”


Ach!!!!! entah speechless, entah, terharu, atau terkesima, aku tak tahu apa yg melingkupi perasaanku malam itu sebelum tidur. Ibumu yang telah menunjukkan salah satu bukti cintamu padaku.

0 comments: