Oleh Wanty Ekajayanti
Pontianak, 18 Agustus 2011
Sore itu hari ke 17 dibulan
Ramadhan yang bertepatan dengan hari kemerdekaan bangsaku Republik Indonesia
yang ke 66 tahun, yaitu tepat 17 Agustus 2011.
sehari sebelumnya, dari pulau
seberang, dia (pria terbaik) telah mengamanahkan sesuatu untuk disampaikan
kepada kedua orang tuanya lewat alamat
pos ku. dan kuputuskan untuk mengantarkan amanah tersebut pada hari
kemerdekaan, bukan karena apa2, tapi karena kebetulan hari libur.
Menjelang buka puasa aku baru
tiba dirumah bapak dan emak, masih tetap ada rasa canggung dan malu2 dalam diri
ini. tapi semua aku tepis. singkatnya setelah menyampaikan pesan dari nya utk
kedua orang tuanya, aq memutuskan untuk menginap. meski dia sedang tidak di
rumah alias di pulau seberang.
Berbuka bersama, sholat
berjamaah, lalu berbincang panjang lebar menjadi aktifitas aku, emak dan bapak
nya malam itu. semakin banyak hal yang belum ia ceritakan padaku, aku ketahui
dari cerita kedua orng tuanya. tawa dan senyum menjadi bumbu indah dalam
percakapan kami bertiga. akupun semakin merasa nyaman berada ditengah-tengah
beliau berdua.
pukul 20.30 malam itu handphone
milik emak berbunyi. sebuah panggilan. terlihat nama M. Fajrin di layar
handphone. oh, ternyata si bungsu tengah menghubungi sang ibu. kutinggalkan
bapak dan emak yg berbincang dengan nya melalui telpon. aku pun memutuskan
untuk sholat (karena asyik bercengkerama kami sampai lupa bahwa waktu sholat
isya telah terlewat).
selesai sholat, giliran aku yang
menerima telpon dari si bungsu lewat handphone yg sama. hm, masih sama seperti
perasaan saat pertama kali menerima telponnya dulu. masih berdebar debar
rasanya. dan itu sempat membuatku bingung. apakah ini karena rasa itu atau
memang aku memiliki gejala jantungan. ah, tapi kenapa jantungannya hanya kambuh
saat menerima telpon darinya? tentu saja ini bukan sakit jantung (pikirku).
kupilih sofa di sudut ruang tamu sebagai tempat ku merebahkan badan sambil
berbincang2 dengan nya. meski aku tahu di balik dinding ini, semua pembicaraan
ku dengannya semua terdengar jelas oleh bapak dan emak. tapi aku tak perduli.
mereka pasti sangat mengerti (namanya juga anak muda. hehehe). saat masih asyik
dalam pembicaraan, mataku tertuju pada 3 buah baterai hp yang tersusun di pojok
dinding. tapi aku tak memperdulikannya. bukan hal aneh (itu pikirku).
tanpa terasa malam sudah larut
saat kami menyadari pembicaraan kami yg begitu panjang. dan kamipun memutuskan
untuk mengakhiri pembicaraan itu. saat menuju ke kamar, kulihat emak masih ada
di ruang TV.
“emak belom tidur?” tanyaku.
“belom, ayoklah tidur sama2”, jawab emak. waaaaah, aku baru sadar ternyata emak
menungguku selama 2 jam. “waaah, kenapa ditunggu mak?”, tanyaku rikuh. “ndak
apa2”, jawab emak singkat yg kemudian diikuti dengan senyum khas nya yang
mengembang. waaah, tanda sayang beliau padaku kah ini?? hanya beliau yg tahu.
setelah di tempat tidur, aku
teringat pada baterai yg kulihat tadi. karena penasaran, langsung saja ku coba
Tanya pada emak (itung2 cari bahan pembicaraan juga sebelum tidur. dari pada
diem-dieman.hehehe). “Mak, dipojok tu ada batre hp 3 buah. punya siapa mak? kok
ga dipakai?” Tanya ku. Emak senyum lalu menjawab “oooh, itu lah batre hp yg
dipake Rin kalo telponan sama Wanty, waktu Wanty masih di Semarang,,,, jadi
kalo telponan lama, ndak perlu ngecas2 lagi, ganti batre nye jak. biasa tiap
hari dia ngcas semua batre tu…”
Ach!!!!! entah speechless, entah,
terharu, atau terkesima, aku tak tahu apa yg melingkupi perasaanku malam itu
sebelum tidur. Ibumu yang telah menunjukkan salah satu bukti cintamu padaku.
0 comments:
Post a Comment